Senin, 07 Maret 2011

Anti-Social?

Hari ini gw dapet banyak bahan tambahan buat pembelajaran 'antropologi' gw. Alias gw mengetahui lagi salah satu cara berpikir seseorang. Well, mungkin kurang tepat dibilang cara berpikir... hem... 'keputusan', most likely. Keputusan seseorang buat menjadi anti-sosial.

Gw juga ga begitu paham dengan konsep anti-sosial ini. Sekilas, mungkin terlihat simpel : ga mau berteman sama orang lain, dan tidak berusaha juga buat bersosialisasi. Gw jarang ketemu sama orang yang jelas-jelas ngaku kalo dia anti-sosial (an-sos), tapi hari ini temen gw menyatakan secara gamblang kalo dia merasa dirinya menjadi an-sos.

Temen gw ini, si Ruth, merasa dirinya ga begitu deket sama temen-temen kampus yang lain. Doski punya beberapa temen deket, salah satunya adalah gw. Tapi yang gw heran, doski kurang bergaul sama anak-anak diluar temen deketnya itu. Suatu hari, dia pernah buka buku absen salah satu mata kuliah dan menyebutkan satu persatu dari 118 nama angkatan 2010 yang tertera disana. Dengan nada lancar gw menyebutkan panggilan dan menunjuk nama orang yang bersangkutan. How about Ruth? She barely know everyone. Mungkin dia kenal separonya. Tapi kebanyakan tau nama, jarang ngobrol langsung kecuali ada alasan khusus seperti kerja kelompok, misalnya.

Gw wawancarain si Ruth, mencoba menerka-nerka apa yang kira-kira dirasakan seseorang yang dulunya buka an-sos tapi mendadak menjadi seperti itu karena keadaan yang tidak terduga. Ruth punya pacar, namanya Andrew. Singkat cerita, Andrew menghilang secara misterius selama 3 bulan dari kampus dan Ruth, tanpa kasi kabar apapun sampai sekarang. Setelah 'kepergian' Andrew itu, Ruth merasa dunianya gak sama lagi. Karena ada part dalam hatinya yang bolong dan menjadi black hole yang punya sifat meluas. Ditambah lagi, sejak saat itu Ruth ngerasa dirinya kurang punya banyak temen buat nemenin dia menggila. Dia ngaku selama ini udah terlalu asik sama kesendiriannya dan sekarang jadi bingung buat memulai suatu hubungan pertemanan.

Gw, sebagai seorang nutritionist-wannabe, tentunya harus punya skill buat bersosialisasi sama orang-orang, terutama yang belum dikenal. Berbekal pengalaman gw dalam menghadapi berbagai macam manusia, gw berusaha mendekatkan diri ke Ruth. Gw coba ajak bicara dan menggila. Selama ini dia keliatan sepi banget, apalagi setelah pacarnya ga ada. Gw ga tega liatnya. Dia jadi lebih pendiam dan lebih sering menghilang saat anak-anak kelas sedang mengerumun. Well, kalo yang gw tangkep dari kata-katanya, ga semangat kuliah gitu kurang lebih.

Bukannya bermaksud jahat, tapi ada sisi positif yang bisa gw liat dari ketidakhadiran Andrew, Ruth jadi punya atensi terhadap dunia di sekitarnya. Selama ini dia bareng-bareng terus sama Andrew, yang membuat temen-temen kelas juga jadi agak segen buat deketin mereka. "Takut mengganggu..." said them. Gw tau kok, dibalik seorang Ruth yang biasanya cuek dan ga peduli, sebetulnya dia berjiwa 'kurang waras' seperti gw SMA dulu. Dan jiwa seperti itu ga boleh dihilangkan begitu aja. Sadar ga sadar, kekurangwarasan itulah yang bikin kita jadi pede buat memulai suatu pertemanan.

Balik ke masalah an-sos, gw merasa ada beberapa pengaruh seseorang menjadi an-sos:

1. less confident --> sepertinya menjadi faktor utama. Ada beberapa orang yang merasa dirinya ga cukup 'keren' buat mengajak ngobrol seseorang. FYI, suatu kepercayaan diri itu menentukan gimana kepribadian kita lho. Teori ini gw dapet dari pengalaman gw selama SMP-SMA. Dulu, waktu gw SMP, gw cenderung pendiem dan susah bersosialisasi. Soalnya waktu itu, murid-murid di SMP gw terasa asing dan tidak bersahabat dengan gw. Bodohnya gw, gw ga berusaha mengeluarkan ke-PD-an gw buat mengeluarkan siapa diri gw sebenarnya. So, can you imagine how is it like to be in an environment which you can't reach its 'touch of civilization'? no wonder, gw ga begitu deket sama temen-temen SMP gw setelah gw lulus.

2. Ga terbiasa buat memulai pembicaraan kalau bukan tentang yang kita suka --> ini adalah masalah ide. Kita harus punya tebel muka kalo hal yang dibicarakan orang lain mulai ga konek di kita. Hanya ada satu jalan : bertanya. Jangan gengsi jangan takut, nanya gak bayar kok. Kalo mau lebih berkreasi, coba tanyain sambil menunjukkan tanda interest pada yang dia ngerti itu. Dijamin bukannya dapet tatapan 'masa gitu aja ga tau?', tapi malah 'ooh, he/she's got interest in it'.

3. Merasa dirinya ga punya apa-apa untuk ditampilin --> biasanya orang an-sos juga berkenaan dengan penampilan dan pembawaan dirinya. Kalo denger kata an-sos, jangan langsung ngebayangin seorang geek atau seorang cwe kelebihan berat badan. Seorang yang perfect-pun juga punya masalah keminderan sendiri. Untuk poin ini, kembali lihat ke no. 1. gunakan selalu 'percaya diri', dan yakin semua orang itu spesial dengan caranya sendiri.

Ketiga hal tadi gw dapet dari hasil survey gw saat SMP-SMA-Kuliah. Suatu hal simpel yang sering kita temui di satu orang pada setiap kerumunan di pesta atau kelas yang kita hadiri. Trust me, dulu gw nyaris an-sos. Sampe gw akhirnya sadar kalo ga kenal orang, maka kita ga akan tau gimana caranya menghadapi orang lain dibelakangnya.

Semoga para pembaca juga jangan menjadi seorang an-sos.




Salam manis,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar